Dari sisi istilah tasawuf adalah murni berkenaan tentang Ketuhanan. Atau bersangkut paut pada sisi aqidah, keimanan, keyakinan dan tauhid. Bukan ilmu tentang mistik, klenik, hikmah, fikih, ilmu alat, ilmu adab, ilmu akhlaq ataupun ilmu2 yang bersangkutan dengan syariah dan furuiyahnya.
Sehingga bisa disimpulkan tasawuf adalah pembelajaran awal dalam beragama. Sesuai dengan qaul ulama yg mengatakan awaluddin makrifatullah. Awal agama adalah mengenal Allah SWT.
Itulah sekilas mengenai istilah tasawuf.
Mengingat betapa pentingnya tasawuf ini, maka sudah selayaknya apabila hal ini menjadi perhatian yg serius dan harus kita pelajari.
Karena, bagaimana kita akan menyembah Allah SWT kalau belum mengenal-Nya.
Dan bisa dikatakan, kadar penghambaan kita pada Allah SWT akan sangat bergantung pada sejauh mana kita mengenali-Nya.
Dan isnyaAllah dengan metode dan pola pembelajaran yg telah disusun dan diajarkan oleh Arifbillah Ustadz Hj Hussien Bin Abdul Latiff, hal tersebut diatas (tasawuf) akan mudah, ringan dan cepat untuk kita pelajari.
Sebelum lebih jauh kita belajar tasawuf, ada baiknya kita berdoa, memohon pada Allah SWT, semoga dengan belajar tasawuf ini, mampu menghadirkan rasa hormat, sikap tawaduk dan mahabah (cinta) kita pada Allah SWT.
Sehingga ibadah kita menjadi meningkat secara kwantitas maupun kwalitas.
Dan berawal dari hal ini semoga perilaku, adab dan akhlaq kita akan menjadi lebih baik dan indah.
Serta dengan semua itu semoga perikehidupan kita menjadi lebih tenang, tentram, aman dan makmur sejahtera.
Amiin…amiin..yaa Rabbal ‘Alamiin.
Setelah kita mengetahui dan memahami bahwasannya tasawuf adalah satu bidang yg mengkhususkan pada bab Ketuhanan, Keimanan, Keyakinan, Aqidah dan Tauhid maka bahasan pertama kita adalah tentang Ketuhanan Allah SWT itu sendiri.
Bukan kita menafikan ilmu-ilmu lainnya misalnya, tentang syariah dan furuiyahnya, bukan, tapi justru dengan tasawuf inilah kita mengawali pembelajaran agama kita karena tasawuf (makrifatullah) adalah awal dan fondasi agama kita. Kalau diibaratkan agama itu adalah sebuah buku yg harus dibaca maka tasawuf adalah ilmu tentang mengenali huruf-huruf nya. Bagaimana kita bisa membaca sebuah buku kalau huruf saja tidak kita kenali.

Baiklah, langsung saja kita ke pokok persoalan.
Kita akan membuka pembelajaran ini dengan mengutip perkataan Sayidina Ali bin Abu Thalib ketika ditanya seseorang tentang Tuhannya dan Nabinya.
Kurang lebihnya seperti ini :
Apakah beliau mengenali Tuhannya melalui Baginda Nabi SAW ataukah beliau mengenal Baginda Nabi SAW melalui Tuhannya ?
Tentu saja jawaban beliau sungguh sangat cerdas dan indah.
Kalau aku mengenal Nabi melalui Tuhanku tentu aku tidak butuh Nabi. Tapi kalau aku mengenal Tuhanku melalui Nabi berarti Nabi lebih aku percayai daripada Tuhanku.
Aku mengenali Tuhanku melalui Tuhanku dan turunlah Nabi dan Rosul (Muhammad SAW) yang menjelaskan kepadaku apa yang dikehendaki Tuhanku terhadapku.
Jadi, tasawuf itu yang mengajarkan pertama kali adalah Allah SWT itu sendiri sejak di alam azali. Dengan firman-Nya : Bukan kah aku ini Tuhanmu? Dan kita menjawab Ya. Benar. Engkaulah Tuhanku.
Dan juga penegasan dari hadits yaitu, setiap bayi dilahirkan muslim.
Hal ini merupakan indikasi yang nyata bahwasanya Berketuhanan itu adalah merupakan naluri dari setiap insan. Meskipun dalam perjalanan hidupnya bergelimang dosa dan maksiat, namun cahaya makrifatullah ini tidak akan pernah padam.
Berawal dari pintu kelahiran dan karena gangguan syaithan maka terjadilah kelupaan.
Karena hal ini lah, untuk mengingatkan kembali, Allah SWT menurunkan 124 ribu Nabi dan Rosul untuk mengenalkan/mengingatkan kembali kepada Allah SWT. Kalau sebelumnya belum pernah mengenal Allah SWT tentu tidak mungkin untuk bisa diingatkan kembali.
Dan tugas ini berestafet dari para Nabi dan Rosul hingga ke khataman Nabiyyin, yaitu Rosulullah Muhammad SAW terus berlanjut kepada Sahabat kemudian kepada Arifbillah.
Dan langsung saja dalam belajar tasawuf nabi nabi ini kita merujuk kepada ajaran guru kita, Arifbillah Ustadz Hj Hussien Bin Abdul Latiff.
Dalam awal pengajarannya, pada pembukaan pintu makrifatullah, Ustadz Hj Hussien Bin Abdul Latiff membekali kita dengan kunci makrifatullah.
Yaitu, dari Firman-Nya, Yang Awal dan ditegaskan dengan hadits, Pada permulaan Allah SWT saja yang ada tiada apapun bersama-Nya.

Kita akan menyoroti kata ” tiada apapun ”.
Tiada apapun disini berarti memang tiada apa-apa sama sekali. Apabila ada apa-apa, berarti sudah ada Tuhan lain yang menciptakan apa-apa tersebut. Dan ini akan meruntuhkan tauhid. Karena sudah ada Tuhan yang mendahului Allah SWT. Dan itu sungguh tidak mungkin.
Karena tiada apapun berarti :
1. Ruang
2. Masa
3. Materi
4. Energi
5. Dimensi
tidaklah ada.
Mari kita urai satu persatu.

RUANG
Karena ruang tidak ada maka, jarak, jauh, dekat, arah, kanan, kiri, atas, bawah, penuh, kosong, isi, pulau, planet, galaxy, alam semesta tentu tidak ada.
Apapun yang berhubung kait dengan ruang berarti tidak ada.
MASA
Karena masa tidak ada maka, lama, sebentar, dulu, kini, nanti, hari, tempo, durasi, tanggal, bulan, tahun tentu tidak ada.
Apapun yang berhubung kait dengan masa berarti tidak ada.
MATERI
Karena materi tidak ada maka, besar, kecil, padat, cair, gas, hitam, putih, ghoib, nyata tentu tidak ada.
Apapun yang berhubung kait dengan materi berarti tidak ada.
ENERGI
Karena energi tidak ada maka, gerak, diam, panas, dingin, suara, cahaya, gelap, angin, maju, mundur, naik, turun tentu tidak ada.
Apapun yang berhubung kait dengan energi berarti tidak ada.

DIMENSI
Karena dimensi tidak ada maka, panjang, pendek, luas, sempit, lebar tentu tidak ada.
Apapun yang berhubung kait dengan dimensi berarti tidak ada.
Dengan penerangan ini kita bisa memahami bahwasannya Allah SWT, adalah benar-benar tidak mungkin terdeskripsikan, benar-benar tidak terjangkau oleh apapun, tidak serupa tidak seumpama. MAHA SUCI. Tidak mungkin tersentuh oleh apapun.
Inilah tahlil &tasbih nya ahli sufi.
Natijah nya:
Allah SWT adalah Wujud Tunggal yang Sedia Ada ( Qidam ) Berdiri Sendiri, Maha Suci.
Apabila penerangan ini bisa difahami dengan baik, insyaAllah secara intelektual/pemikiran, kita sudah terlepas dari sebarang syirik.
Dan apabila mampu dihayati dengan sungguh-sungguh insyaAllah akan membersihkan hati.
Dengan bekal itu semua (pencerahan secara intelektual dan kebersihan hati) insyaAllah akan kita lanjut lagi dengan masuk pada Pintu Makrifatullah pada artikel berikutnya.

Related Post